February 09, 2020

3 Cara agar Kayu Awet Bertahan Lama

Kalau sekali waktu Anda berkunjung ke daerah Jawa Tengah bagian selatan, khususnya wilayah Purworejo sampai Kebumen, akan Anda temui rumah-rumah tradisional unik Kedu selatan yang usianya di atas 50 tahun-an.

Meski umurnya tua, namun bagian bangunan, terutama pada kayu-kayunya, masih terlihat utuh.

Padahal kayu yang digunakan biasanya bukan jenis kayu unggulan seperti jati, bengkirai, glugu, maupun nangka, melainkan kayu sengon, waru, bahkan ada pula kayu sukun.

Apabila diolah secara biasa, type kayu tersebut susah bertahan sampai usia lebih dari 50 tahun. Tapi kenapa kayu-kayu "kelas 3” tersebut dapat tahan lama?

Sebelum digunakan untuk bangunan, kayu-kayu tersebut direndam di kolam terlebih dahulu selama hampir dua bulan. Cara seperti itu sudah biasa dilakukan hingga kini.

Tujuan pengawetan itu sendiri agar kayu tak mudah rusak, terutama oleh serangan hama kayu seperti bubuk, teter, rayap, bubuk (jamur), dan lain-lain. Pengawetan dilakukan dengan teknis maupun bahan yang ada di alam sekitar.

Ada jenis kayu yang makin lama di rendam semakin awet. Sebaliknya ada kayu tertentu yang tidak perlu berlama-lama dalam rendaman. Tetapi tehnik pengawetan dengan perendaman menyisakan masalah.

Direndam

Salah satunya, membutuhkan bak atau tempat penampungan air yang ukuran panjangnya mesti sesuai ukuran panjang kayu yang akan di rendam.

Warga pedesaan biasanya manfaatkan sungai buat tempat perendaman.

Masalah lainnya, kayu yang di rendam akan mengalami perubahan warna menjadi rada kusam.

Selain itu, perendaman membuat kayu memiliki bau kurang sedap. Kayu rendaman memang anti-teter atau bubuk tapi tak selalu anti-rayap.

Cara pengawetan dengan di rendam kurang praktis ketika penggarapan kayu harus dilakukan sesegera mungkin.

Diasap

Selain perendaman, pengawetan kayu dapat juga dilakukan dengan pengasapan. Caranya dengan menghembuskan asap langsung pada permukaan kayu secara bertahap.

Teknik inilah yang lalu berubah menjadi pengovenan.

Pengasapan sederhana seringkali dikerjakan warga pedesaan dengan menempatkan batangan kayu, yang akan digunakan untuk bahan bangunan atau furnitur, di atas tungku masak di dapur yang bahan bakarnya menggunakan kayu bakar.

Kayu yang terkena asap secara langsung dan rutin selama jangka waktu tertentu dipastikan tahan rayap, bubuk, jamur atau lapuk, maupun serangga kayu lainnya.

Bukti kelebihan pengawetan ini dapat dilihat pada kayu, baik kasau, reng, maupun tulangan yang ada di bagian dapur yang terletak persis di atas tungku.

Karena sering terkena asap saat memasak, karena itu bagian itu akan lebih awet dibandingkan yang lain. Teknik pengasapan cocok untuk semua jenis kayu.

Namun melakukan pengawetan kayu dengan cara pengasapan memerlukan tempat yang relatif luas. Tempat ini untuk penataan agar semua permukaan kayu dapat menangkap asap waktu proses pengasapan.

Seperti halnya kayu trembesi, pengawetan kayu dengan metode ini akan jauh lebih baik. Jadi sebelum membuatnya awetkan terlebih dulu, setelah iti baru dibuat perlatan, seperti meja trembesi.

Pengolesan

Teknik pengawetan yang paling praktis yang saat ini banyak dilakukan adalah pengolesan bahan pengawet.

Caranya dengan mengoleskan bahan pengawet pada seluruh permukaan kayu.

Bahan pengawet bisa pabrikan, bisa juga manfaatkan bahan sederhana yang mudah didapat tanpa harus beli.

Bahan-pengawet sederhana yang sering digunakan warga pedesaan misalnya oli bekas, minyak tanah yang diramu urea dan campuran ampas kelapa dengan cuka.

Memang tidak semua bahan pengawet poles ini aman terhadap kesehatan atau ramah lingkungan.

Dari beberapa bahan pengoles, yang dianggap paling ramah lingkungan adalah ramuan ampas kelapa dengan cuka.

Wah baru tahu nih!

Posted by: Pasak Bumi at 10:50 AM | No Comments | Add Comment
Post contains 527 words, total size 4 kb.




What colour is a green orange?




14kb generated in CPU 0.0066, elapsed 0.0525 seconds.
35 queries taking 0.0479 seconds, 79 records returned.
Powered by Minx 1.1.6c-pink.